Untitled Document

KERAGAMAN GENETIK 24 VARIETAS PADI SAWAH DAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) INDONESIA BERDASARKAN MARKA SSR

Kristianto Nugroho, Slamet, Puji Lestari

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian - Badan Litbang Pertanian
Jalan Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111, Telp. 0251-8337975; Faks. 0251-8338820

Abstract

The use of molecular marker is an efficient approach to analyze the genetic diversity and it can be used widely in biological studies. The characterization of rice germplasms by using molecular markers technique is more precise because it is not influenced by environmental factors. The purpose of this study was to analyze the genetic diversity of 24 varieties of lowland and upland rice by using 15 SSR markers. The results showed as many as 86 alleles were detected in 24 rice varieties, with the average number of alleles per marker was 5.73 and the range of alleles per locus was 2-10. The average of major allele frequency was 43% with the lowest score was 26% on RM6997 and RM536 markers and the highest score was 65% on RM60 marker. A total of 14 SSR markers were able to discriminate heterozygous alleles within a range between 0.17 (RM105) to 1.00 (RM201, RM263, RM416, RM518 and RM223). The value of gene diversity ranged from 0.48 (RM60) to 0.81 (RM536) with an average of 0.70. The value ​​of PIC (Polymorphic Information Content) ranged from 0.38 (RM105) to 0.78 (RM536) with an average of 0.65. The phylogenetic analysis showed that 24 rice varieties separate into two main clusters in the coefficient of 0.63. The first cluster consists of 12 lowland varieties and the second cluster consists of 12 upland varieties. The genetic diversity data in this study were expected could be a valuable information in the rice plant breeding activities in the future.

Key Words: genetic diversity, SSR, microsatellite, rice Oryza sativa L.
Penulis korespondensi: Kristianto Nugroho | email: nugrohoxkristianto@gmail.com
Dikirim: 20-02-2017 | Diterima: 01-03-2017

PENDAHULUAN

Padi adalah salah satu tanaman sereal penting yang termasuk anggota famili Poaceae dan digunakan sebagai makanan pokok sepertiga penduduk dunia termasuk Asia. Di Indonesia padi merupakan komoditas pangan strategis pertama dan diprioritaskan dalam pembangunan pertanian (Somantri, 2001). Rata-rata produksi padi di Indonesia tahun 2015 adalah 5,3 ton/ha, sedangkan konsumsi rata-rata beras masyarakat Indonesia per kapita per minggu mencapai 1,626 kg (BPS, 2015a). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari 2010-2014 mencapai 1,4% per tahun dan diproyeksikan jumlah penduduk dari tahun 2015 yang sekitar 255 juta mencapai 296 juta pada tahun 2025 (BPS, 2015b). Hingga saat ini produksi padi di Indonesia masih belum sebanding dengan kebutuhan beras masyarakat yang mendorong pemerintah untuk selalu menyediakan dan meningkatkan produksi padi dalam jumlah yang cukup (Kementan, 2015). Peningkatan produksi padi perlu didukung koleksi plasma nutfah padi sebagai materi genetik.

Di Indonesia padi sawah dan padi gogo menjadi tumpuan sumber pangan. Sebagian besar lahan ditanami padi sawah baik varietas unggul maupun varietas lokal, dan beberapa daerah masih memanfaatkan varietas lokal khususnya padi gogo yang banyak tersebar dan spesifik di pulau-pulau di Indonesia. Kurang lebih 4000 varietas padi termasuk pada sawah dan padi gogo tersedia di bank gen Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pemanfaatan plasma nutfah dalam bank gen ini akan mendukung perakitan varietas unggul baru baik melalui pemuliaan maupun seleksi plasma nutfah untuk tercapainya produksi tinggi (Bahagiawati et al., 2005). Karena itulah karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah merupakan hal yang esensial dalam program pemuliaan (Chakravarthi et al., 2006). Melalui kegiatan karakterisasi, sifat-sifat unggul dari plasma nutfah yang dimiliki dapat diidentifikasi dengan baik, untuk selanjutnya diperoleh varietas-varietas yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut (Somantri et al., 2002; Surahman et al., 2009). Karakterisasi plasma nutfah padi ini juga penting dalam konservasi dan preservasi varietas lokal.

Selama ini, karakterisasi materi genetik umumnya dilakukan berdasarkan penanda morfologi, yang membutuhkan observasi yang intensif dan sangat sulit membedakan individu-individu dengan hubungan kekerabatan yang dekat karena adanya pengaruh faktor lingkungan (Hartati et al., 2010). Seleksi varietas padi berdasarkan karakter morfologi juga kurang terpercaya mengingat karakter utama yang diinginkan biasanya penurunan sifatnya rendah secara genetik dan kompleks (Joshi et al., 2000). Sementara itu karakterisasi secara molekuler melalui bantuan marka molekuler memberikan hasil yang lebih presisi karena tidak dipengaruhi lingkungan (Ram, 2007; Risliawati et al., 2015). Pemanfaatan marka molekuler merupakan pendekatan efisien untuk analisis keragaman genetik dan dapat dimanfaatkan secara luas di berbagai studi biologi.

Berbagai jenis marka molekuler berbasis PCR telah dikembangkan, dan salah satu marka yang banyak diaplikasikan dalam kegiatan karakterisasi tanaman adalah Simple Sequence Repeat (SSR) atau mikrosatelit. SSR merupakan sekuen berulang sebanyak 2-4 nukleotida yang keberadaannya melimpah dalam genom organisme eukariotik dengan kelebihan bersifat kodominan, polimorfisme tinggi, dan mudah dalam aplikasinya (Prasetyono dan Tasliah, 2004; Shu et al., 2009). Penggunaan marka SSR dalam mengidentifikasi keragaman genetik padi dari berbagai status pemuliaan maupun plasma nutfah telah banyak dilakukan (Sarao et al., 2009; Aliyu et al., 2010; Singh et al., 2010; Ashfaq and Khan, 2012). Di BB Biogen sendiri, pemanfaatan marka SSR dalam menganalisis keragaman genetik padi telah lama dilakukan (Thomson et al., 2007; Prasetyonoet al., 2008; Chaerani et al., 2009; Utami et al., 2011; Lestari et al., 2012) dan hingga saat ini masih terus dilakukan. Khusus keragaman genetik padi sawah dan padi gogo untuk berbagai tujuan juga telah dilakukan di negara lain (Zhang et al., 2013; Alam et al., 2016) tetapi studi tersebut masih terbatas di Indonesia mengingat sebagian daerah seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan NTT lebih memilih memproduksi padi gogo di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keragaman genetik 24 varietas padi sawah dan padi gogo serta mengetahui marka SSR yang informatif dalam membedakan padi sawah dengan padi gogo. Informasi keragaman genetika yang diperoleh pada penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi awal dalam kegiatan pemuliaan tanaman padi di Indonesia.

METODE

Sebanyak 24 varietas padi koleksi BB Biogen yang terdiri atas 12 varietas padi sawah dan 12 varietas lokal padi gogo digunakan dalam penelitian ini (Tabel 1). Individu tanaman dari semua varietas di tanam di rumah kaca sampai umur 4 minggu untuk diisolasi DNA genomiknya. Analisis molekuler dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, BB Biogen, Bogor antara bulan November hingga Desember 2016.

Tabel 1 . Daftar 24 varietas padi yang digunakan dalam penelitian ini

DNA diekstraksi menggunakan metode Doyle dan Doyle (1990) yang dimodifikasi. Sebanyak 0.5 gram potongan daun padi digerus menggunakan nitrogen cair pada mortar yang telah diautoklaf terlebih dahulu. Bubuk hasil penggerusan kemudian dimasukkan dalam tabung Eppendorf 2 ml diikuti dengan penambahan sebanyak 800 µl buffer ekstraksi (100 mM Tris-HCl pH 8,0, 1,4 M NaCl, 20 mM EDTA pH 8,0, 2% (w/v) CTAB (cetyltrimethylammonium bromide), 2% (w/v) PVP (polyvinylpyrrolidone), dan 0,38% (w/v) natrium disulfit). Selanjutnya ke dalam tiap sampel ditambahkan senyawa B-merkaptoetanol sebanyak 5 µl. Selanjutnya campuran tersebut diinkubasi pada suhu 65°C selama 15 menit dan dihomogenkan dengan cara membolak-balik tabung setiap 5 menit. Selanjutnya ditambahkan 800 µl larutan kloroform: isoamil alkohol (24:1) ke dalam tiap sampel diikuti dengan sentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit pada suhu 20°C. Supernatan yang terbentuk lalu dipindahkan ke tabung Eppendorf baru. Selanjutnya dilakukan penambahan 3M natrium asetat pH 5,2 sebanyak 1/10 kali volume supernatan diikuti dengan penambahan isopropanol sebanyak satu kali volume supernatan. Campuran kemudian dibolak-balik secara perlahan lalu diinkubasi pada suhu -20°C selama satu jam. Setelah itu dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit pada suhu 20°C. Supernatan kemudian dibuang dan pelet DNA yang terbentuk lalu dicuci dengan larutan 70% etanol sebanyak 500 µl. Pelet tersebut kemudian didiamkan pada suhu ruang selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi selama 5 menit pada kecepatan 12.000 rpm suhu 20°C. Supernatan kemudian dibuang dan pelet yang terbentuk kemudian dikeringanginkan untuk menghilangkan sisa-sisa etanol. Pelet yang telah kering lalu dilarutkan dalam 100 µl larutan TE (10 mM Tris pH 8.0 dan 1 mM EDTA) yang ditambah RNAse A (10 mg/ml). Selanjutnya larutan DNA stok diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 jam lalu disimpan pada suhu -20°C hingga siap digunakan.

Total 15 marka SSR yang berasal dari beberapa referensi digunakan dalam penelitian ini. Daftar primer dan sekuennya ditampilkan pada Tabel 2. Reaksi PCR dipersiapkan dalam total volume 10 µl yang terdiri atas DNA template dengan konsentrasi 10 ng/µl sebanyak 2 µl; Kapa2G Fast ReadyMix (Kapa Biosystems, USA) sebanyak 5 µl; primer Forward dan Reverse (10 µM) masing-masing sebanyak 0,5 µl, dan ddH2O steril. Reaksi PCR dilakukan dalam mesin PCR T1 Thermocycler (Biometra, Germany) dengan profil PCR sebagai berikut: denaturasi awal dilakukan pada suhu 95°C selama 3 menit, diikuti oleh sebanyak 35 siklus proses denaturasi pada suhu 95°C selama 30 detik, annealing (tahap penempelan primer) pada suhu 55°C selama 30 detik, dan elongation (tahap perpanjangan basa) pada suhu 72°C selama 30 detik. Reaksi PCR diakhiri dengan siklus final extension (tahap akhir perpanjangan basa) pada suhu 72°C selama 1 menit. Hasil PCR selanjutnya dielektroforesis menggunakan gel poliakrilamid 8% pada tangki berisi buffer 1x TBE, dengan tegangan 90 volt selama 110 menit. Hasil elektroforesis kemudian diwarnai dengan ethidium bromida dan divisualisasi pada alat UV Transilluminator (Biorad, USA).

Data hasil visualisasi berupa pita amplikon selanjutnya diskoring dengan bantuan perangkat lunak Gel Analyzer (Gambar 1). Setiap pita yang terlihat pada gel dianggap sebagai satu alel. Pita-pita DNA dengan laju pergerakan yang sama diasumsikan sebagai lokus yang sama. Pada laju yang sama, setiap pita yang terlihat diberi skor 1 sedangkan pita yang tidak tampak diberi skor 0 sehingga hasil dari skoring berupa data biner. Data hasil skoring selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program Sequential Agglomerative Hierarchial and Nested (SAHN)-UPGMA (Unweighted Pair-Group Method with Arithmetic) pada perangkat lunak NTSYS versi 2.1. (Rohlf, 2000).

Tabel 2 . Daftar marka SSR yang digunakan dalam penelitian ini


Hasil analisis disajikan dalam bentuk fenogram dan matriks kesamaan genetik. Selanjutnya data hasil skoring juga dianalisis menggunakan perangkat lunak PowerMarker 3.25 (Liu dan Muse, 2005) untuk mengetahui nilai frekuensi alel utama, diversitas genetik, PIC (Polymorphic Information Content), dan heterozigositas yang dihasilkan oleh total marka yang digunakan.

HASIL dan PEMBAHASAN

Total 15 marka SSR menghasilkan amplikon dan 100% polimorfik yang dapat diskoring pada 24 varietas padi. Contoh profil SSR pada 24 varietas padi yang dimigrasikan pada elektroforesis di gel poliakrilamid ditampilkan pada Gambar 1. Analisis polimorfisme menunjukkan bahwa sebanyak 86 alel berhasil dideteksi dari 24 varietas padi dengan menggunakan 15 marka SSR. Rerata jumlah alel per marka sebesar 5,73 dengan kisaran 2–10 alel per lokus. Rerata jumlah alel yang diobservasi pada 24 varietas padi dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Neeraja et al. (2005) dengan nilai 3,9 alel per marka dan penelitian Ram et al. (2007) dengan nilai 4,86 alel per marka.

Gambar 1 . Contoh pola pita yang divisualisasikan pada elektroforesis gel poliakrilamid 8% dengan menggunakan marka (A) RM518 dan (B) RM201

Kisaran alel yang diperoleh pada penelitian ini juga lebih banyak dibanding hasil Neeraja et al. (2005) yang memperoleh kisaran 1–9 alel per lokus; Ram et al. (2007) dengan kisaran 3–8 alel per lokus; dan Seetharam et al. (2009) yang memperoleh 2–4 alel per lokus. Namun hasil penelitian ini lebih rendah dibanding penelitian Nejad et al. (2008) dengan kisaran 3–14 alel per lokus dan Shah et al. (2012) yang berhasil memperoleh 5–17 alel per lokus. Hal ini dikarenakan jumlah varietas dan marka yang digunakan pada penelitian ini lebih sedikit dibanding pada penelitian-penelitian tersebut.

Rerata frekuensi alel utama yang diperoleh sebesar 43% dengan nilai terendah sebesar 26% pada marka RM6997 dan RM536 serta nilai tertinggi 65% pada marka RM60. Sementara Nejad et al. (2008) memperoleh kisaran frekuensi alel utama yang lebih besar antara 14–83%. Sebanyak 14 marka SSR mampu mendiskriminasi alel heterozigot dalam koleksi padi dengan nilai heterozigositas berkisar antara 0,17 (RM105) hingga 1,00 (RM201, RM263, RM416, RM518, dan RM223). Ringkasan statistik analisis polimorsme marka ditampilkan pada Tabel 3.

Gambar 2 . Fenogram 24 varietas padi berdasarkan 15 marka SSR yang dianalisis menggunakan perangkat lunak NTSYS

Nilai diversitas gen yang menunjukkan tingkat keragaman dalam suatu populasi (Somantri et al., 2002) berkisar antara 0,48 (RM60) hingga 0,81 (RM536) dengan rerata 0,70. Dibandingkan hasil studi ini, nilai diversitas gen penelitian Lapitani et al. (2007) berada pada kisaran lebih besar antara 0,28–0,9 namun dengan rerat lebih rendah (0,68). Hasil dalam penelitian ini sebanding dengan yang diobservasi pada penelitian Zhao et al. (2009) dengan rerata diversitas gen sebesar 0,70.

Nilai PIC (Polymorphic Information Content) berkisar antara 0,38 (RM105) hingga 0,78 (RM536) dengan rerata sebesar 0,65. Kisaran nilai PIC pada penelitian ini lebih rendah dibanding hasil penelitian Shah et al. (2012) dengan kisaran nilai 0,74–0,89; Ramet al. (2007) dengan kisaran 0,498–0,89; dan Davla et al. (2013) dengan kisaran 0,50–0,86 namun lebih tinggi dari hasil penelitian Seetharam et al. (2009) dengan kisaran PIC 0,064–0,72. Sementara rerata nilai PIC pada penelitian ini lebih tinggi dibanding hasil yang diperoleh Pervaiz et al. (2009) dengan rerata 0,603.

Berdasarkan hasil analisis sebanyak delapan marka SSR dari total 15 marka yang digunakan memiliki nilai PIC>0,7. Kedelapan marka tersebut antara lain RM5742, RM6997, RM263, RM518, RM124, RM223, RM259, dan RM536. Berdasarkan kriteria Hildebrand et al. (1992), kedelapan marka tersebut dikategorikan marka sangat informatif yang bermanfaat untuk membedakan varietas-varietas padi ke depannya (Tabel 3).

Analisis filogenetik menunjukkan bahwa 24 varietas padi memisah menjadi dua klaster utama pada koefisien 0,63 (Gambar 2). Klaster pertama terdiri atas 12 varietas yang seluruhnya merupakan jenis padi sawah sedangkan klaster kedua terdiri atas 12 varietas yang seluruhnya merupakan padi gogo. Hal ini menunjukkan bahwa marka SSR yang digunakan pada penelitian ini mampu membedakan antara jenis padi sawah dengan jenis padi gogo yang cenderung memiliki ketahanan terhadap kekeringan. Klaster pertama terbagi kembali menjadi 2 subklaster yaitu subklaster IA yang terdiri atas 9 varietas dan subklaster IB yang terdiri atas 3 varietas. Sementara klaster kedua terpisah menjadi dua subklaster yaitu subklaster IIA yang merupakan subklaster dengan densitas tertinggi yaitu sebanyak 11 varietas dan subklaster IIB yang hanya terdiri atas satu varietas yaitu Way Rarem asal Jawa Barat.

Tabel 3 . Jumlah alel, frekuensi alel utama, diversitas gen, heterozigositas, dan tingkat polimorfisme (polymorphism information content, PIC) yang dihasilkan dari24 plasma nutfah padi pada penelitian ini

Tabel 4 . Matriks kesamaan genetik 24 varietas padi pada penelitian ini

Berdasarkan dendrogram pada Gambar 2 terlihat bahwa seluruh varietas padi sawah asal Indonesia cenderung berada pada subklaster IA bersama dengan varietas IR64 asal Filipina dan varietas asal Sri Lanka yaitu Babawee dan Rathu Heenati. Sementara varietas padi sawah asal India menyebar baik pada subklaster IA maupun IB. Pengelompokkan padi gogo pada klaster kedua cenderung tidak menunjukkan pola tertentu karena hampir seluruh varietas berada pada subklater IIA kecuali varietas Way Rarem yang berada pada subklaster IIB

Pada klaster pertama terdapat dua varietas padi sawah dengan kekerabatan paling dekat yaitu antara varietas ARC 10550 dengan Inpari 13 dengan nilai matriks kesamaan sebesar 84,9% sementara pada klaster kedua terdapat dua varietas padi gogo yang memiliki kekerabatan paling dekat yaitu antara varietas ketan huma dan kemala water yang keduanya berasal dari Nusa Tenggara Timur dengan nilai kesamaan genetik sebesar 94,2% (Tabel 4). Varietas-varietas dengan jarak genetik yang dekat tersebut tidak potensial untuk dijadikan tetua persilangan karena memperbesar peluang terjadinya inbreeding. Di antara sesama varietas padi sawah pada klaster pertama terdapat dua varietas dengan jarak genetik terjauh yaitu antara varietas Rathu Heenati dengan Swarnalata sedangkan di antara sesama varietas padi gogo pada klaster kedua, jarak genetik terjauh diperlihatkan oleh varietas Gadabung dengan Panada dan PaeDayeIndolobye dengan Way Rarem dengan nilai kesamaan sebesar 61.6% (Tabel 4). Secara keseluruhan terdapat dua varietas dengan kekerabatan paling jauh yaitu antara varietas padi gogo Genjah Mayangan dengan padi sawah ASD7 dengan nilai kesamaan genetik sebesar 51.2% (Tabel 4). Varietas-varietas dengan jarak genetik yang cukup jauh tersebut potensial untuk dijadikan tetua persilangan sehingga memperkecil peluang terjadinya inbreeding

KESIMPULAN

Analisis keragaman genetik 24 varietas padi dengan menggunakan 15 marka SSR menunjukkan dua pengelompokkan klaster utama pada koefisien kemiripan genetik 0,63. Klaster pertama terdiri atas 12 varietas padi sawah dan klaster kedua terdiri atas 12 varietas padi gogo. Total 15 marka SSR tersebut mampu mendiskriminasi varietas padi sawah dari padi gogo dan dapat dimanfaatkan untuk seleksi dalam program persilangan yang menggunakan varietas padi gogo dan padi sawah sebagai tetua persilangan.

Sebanyak 8 marka SSR dari total 15 marka memiliki nilai PIC>0.70 dan merupakan marka yang informatif dalam mendiskriminasi varietas padi sawah dan padi gogo ke depannya. Marka-marka tersebut antara lain RM5742, RM6997, RM263, RM518, RM124, RM223, RM259, dan RM536.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai dari anggaran APBN Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Badan Litbang Pertanian.

DAFTAR REFERENSI

Alam MMA, Siddika S, Haque ME, Islam MA, Mukherjee A, Sikdar B. 2016. Genetic diversity of some upland and lowland rice cultivars in Bangladesh using RAPD, ISSR, and SSR markers. The Nucleus. 59:15-23. https://doi.org/10.1007/s13237-015-0148-x

Aliyu R, Adamu AK, Muazu S, Alonge SO, Gregorio GB. Tagging and validation of SSR markers to Salinity Tolerance QTLs in Rice (Oryza spp). IPCBEE 1: 328-332.

Ashfaq M, Khan AS. 2012. Genetic diversity in Basmati rice (Oryza sativaL.) germplasm as revealed by microsatellite (SSR) markers. Russian Journal of Genetics: 48(1): 53–62 https://doi.org/10.1134/S1022795411120027

Bahagiawati, Septiningsih EM, Yunus M, Prasetiyono J, Dadang A, Sutrisno. 2005. Aplikasi teknologi marka molekuler untuk verifikasi identitas genetik varietas sayuran komersial. J. Hort. 15(3):153-159.

BPS. 2015a. Konsumsi Rata Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting, 2007-2014. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/950. [24 Februari 2017]

BPS. 2015b. Produksi (ton) padi 2015. https://www.bps.go.id/site/pilihdata. [10 Januari 2017]

Chaerani, Hidayatun N, Utami DW. 2009. Pengembangan set multipleks penanda DNA mikrosatelit untuk analisis variasi genetik padi dan kedelai. J.AgroBiogen 5(2):57-64. https://doi.org/10.21082/jbio.v5n2.2009.p57-64

Chakravarthi BK, Naravaneni R. 2006. SSR marker based DNA fingerprinting and diversity study in rice (Oryza sativa L). Afr. J. Biotechnol. 5 (9): 684-688.

Chen X, Temnykh S, Xu Y, Cho YG, McCouch SR. 1997. Development of a microsatellite framework map providing genome-wide coverage in rice (Oryza sativa L.). Theoretical and applied genetics 95: 553-567. https://doi.org/10.1007/s001220050596

Davla D, Sasidharan N, Macwana S, Chakraborty S, Trivedi R, Ravikiran R, Shah G. 2013. Molecular characterization of rice (Oryza sativa L.) genotypes for salt tolerance using microsatellite markers. The Bioscan8(2): 499-502.

Doyle JJ, Doyle JL. 1990. Isolation of plant DNA from fresh tissue. Focus 12: 13-15.

Hartati, Sumadi, Subandriyo, Hartatik T. 2010. Keragaman morfologi dan diferensiasi genetik sapi peranakan Ongole di peternakan rakyat. JITV 15(1) : 72-80.

Hildebrand E, Torney DC, Wagner RP. 1992. Informativeness of polymorphic DNA markers. Los Alamos Science 20: 100-102.

Joshi SP, Gupta VS, Aggarwal RK, Ranjekar PK, Brar DS. Genetic diversity and phylogenetic relationship as revealed by inter-simple sequence repeat (ISSR) polymorphism in the genus Oryza. Theor Appl Genet.100:1311–1320. https://doi.org/10.1007/s001220051440

Kementan. 2015. Produksi, luas panen, dan produktivitas padi Indonesia 2011- 2015. Kementerian Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan.

Desember 2016]

Lapitani VC, Brar DS, Abe T, Redofia ED. 2007. Assessment of genetic diversity of Philippine rice cultivars carrying good quality traits using SSR markers. Breeding Science 57 : 263-270. https://doi.org/10.1270/jsbbs.57.263

Lestari P, Risliawati A, Koh HJ. 2012. Identifikasi dan aplikasi marka berbasis PCR untuk identifikasi varietas padi dengan palatabilitas tinggi. J. AgroBiogen 8(2):69-77 https://doi.org/10.21082/jbio.v8n2.2012.p69-77

Liu K, Muse SV. 2005. PowerMarker: An integrated analysis environment for genetic marker analysis. Bioinformatics Research Center, North Carolina State University, Raleigh.

McCouch SR, Teytelman L, Xu Y, Lobos KB, Clare K, Walton M, Fu B, Maghirang R, Li Z, Xing Y, Zhang Q, Kono I, Yano M, Fjellstrom R, DeClerck G, Schneider D, Cartinhour S, Ware D, Stein L. 2002. Development and mapping of 2240 new SSR markers for rice (Oryza sativa L.), DNA research : an international journal for rapid publication of reports on genes and genomes 9: 199-207

Neeraja, CN, Hariprasad AS, Malathi S,Siddiq EA. 2005. Characterization of tall landraces of rice (Oryza sativa L.) using gene-derived simple sequence repeats. Current Science 88 (1): 149-152

Nejad GM, Arzani A, Rezai AM, Singh RK, Gregorio GB. Assessment of rice genotypes for salt tolerance using microsatellite markers associated with the saltol QTL. Afr. J. Biotechnol. 7 (6), pp. 730-736

Pervaiz ZH, Rabbani MA, Pearce SR, Malik SA. 2009. Determination of genetic variability of Asian rice (Oryza sativa L.) varieties using microsatellite markers. Afr. J. Biotechnol. 8 (21): 5641-5651. https://doi.org/10.5897/AJB09.827

Prasetiyono J, Tasliah. 2004. Marka mikrosatelit: marka molekuler yang menjanjikan. Buletin AgroBio 6(2): 41-47.

Prasetiyono J, Aswidinnoor H, Moeljopawiro S, Sopandie D, Bustamam M. 2008. Identifikasi marka polimorfik untuk pemuliaan padi toleran defisiensi fosfor. J.AgroBiogen 4(2):51-58. https://doi.org/10.21082/jbio.v4n2.2008.p51-58

Ram SG, Thiruvengadam V, Vinod KK. 2007. Genetic diversity among cultivars, landraces and wild relatives of rice as revealed by microsatellite markers. J Appl Genet 48(4): 337–345. https://doi.org/10.1007/BF03195230

Risliawati A, Riyanti EI, Lestari P, Utami DW, Silitonga TS. 2015. Development of SSR marker set to identify fourty two Indonesian soybean varieties.J. AgroBiogen 11(2): 49-58. https://doi.org/10.21082/jbio.v11n2.2015.p49-58

Rohlf FJ. 2000. NTSYSpc: Numerical taxonomy and multivariate analysis sistem. Version: 2.1. Exeter Software, New York.

Sarao NK, Vikal Y, Singh K, Joshi MA, Sharma RC. 2009. SSR marker-based DNA fingerprinting and cultivar identification of rice (Oryza sativa L.) in Punjab state of India. Plant Genetic Resources: Characterization and Utilization8(1): 42–44. https://doi.org/10.1017/S1479262109990128

Seetharam K, Thirumeni S, Paramasivam K. 2009. Estimation of genetic diversity in rice (Oryza sativa L.) genotypes using SSR markers and morphological characters.Afr. J. Biotechnol. 8 (10): 2050-2059.

Shah G, Sasidharan N, Chakraborty S, Trivedi R, Ravikiran R, Davla D. 2012. Genetic diversity and molecular analysis for fertility restorer genes in Rice (Oryza sativa L.) for wild abortive (WA) cytoplasm using microsatellite markers. Journal of Agricultural Technology 8(1): 261-271.

Shu AP, Kim JH, Zhang SY, Cao GL, Nan ZH, Lee KS, Lu Q, Han LZ. 2009. Analysis on genetic similarity of japonica rice variety from different origins of geography in the world. Agric Sci China. 8(5): 513–520. https://doi.org/10.1016/S1671-2927(08)60241-2

Singh H, Deshmukh RK, Singh A, Singh AK, Gaikwad K, Sharma TR, Mohapatra T, Singh NK. 2010. Highly variable SSR markers suitable for rice genotyping using agarose gels. Mol Breeding 25:359–364 https://doi.org/10.1007/s11032-009-9328-1

Somantri IH, Santoso TJ, Minantyorini, Ambarwati AD, Sisharmini A, Apriana A. 2002. Karakterisasi Molekuler Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. p. 66-74.

Somantri IH. 2001. Wild Rice (Oryza spp.): Their Existence and Research in Indonesia. Buletin AgroBio 5(1):14-20

Surahman M, Santosa E, Nisya FN. 2009. Karakterisasi dan Analisis Gerombol Plasma Nutfah Jarak Pagar Indonesia dan Beberapa Negara Lain Menggunakan Marka Morfologi dan Molekuler. J. Agron. Indonesia 37 (3) : 256-264

Temnykh S, Park WD, Ayres NM, Cartinhour S, Hauck N, Lipovich L, Cho YG, Ishii T, McCouch SR. 2000. Mapping and genome organization of microsatellite sequences in rice (Oryza sativa L.). Theoretical and applied genetics 100: 697-712. https://doi.org/10.1007/s001220051342

Temnykh S, DeClerck G, Lukashova A, Lipovich L, Cartinhour S, McCouch S. 2001. Computational and experimental analysis of microsatellites in rice (Oryza sativa L.): frequency, length variation, transposon associations, and genetic marker potential, Genome research 11: 1441-1452. https://doi.org/10.1101/gr.184001

Thomson MJ, Septiningsih EM, Suwardjo F, Santoso TJ, Silitonga TS, McCouch SR. 2007. Genetic diversity analysis of traditional and improved Indonesian rice (Oryza sativa L.) germplasm using microsatellite markers. Theor Appl Genet 114:559–568 https://doi.org/10.1007/s00122-006-0457-1

Utami DW, Sutoro, Hidayatun N, Risliawati R, Hanarida I. 2011. Keragaman Genetik 96 Varietas Plasma Nutfah Padi Berdasarkan 30 Marka SSR Terpaut Gen Pengatur Waktu Pembungaan (HD Genes). J.AgroBiogen 7(2):76-84. https://doi.org/10.21082/jbio.v7n2.2011.p76-84

Zhang L, Cao G, Han L. 2013. Genetic diversity of rice lansraces from lowland and upland accessions of China. Rice Science. 20(4):259-266. https://doi.org/10.1016/S1672-6308(13)60139-0

Zhao W, Chung JW, Ma KH, Kim TS, Kim SM, Shin DI, Kim CH, Koo HM, Park YJ. 2009. Analysis of Genetic Diversity and Population Structure of Rice Cultivarsfrom Korea, China and Japan using SSR Markers. Genes & Genomics 31 (4) : 283-292. https://doi.org/10.1007/BF03191201

Article Reads

Total: 21096 Abstract: 2884

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

 

Daily Visit

The last two months

View complete Google Analytics report here
 

This website is maintained by:
Bio Publisher
The Faculty of Biology Publishing

Faculty of Biology
Universitas Jenderal Soedirman
Jalan dr. Suparno 63 Grendeng
Purwokerto 53122

Telephone: +62-281-625865
Email: biologi@unsoed.ac.id

T his website uses:
OJS | Open Journal System
A free journal management and publishing system that has been developed by the PKP (Public Knowledge Project) version 2.4.8.0.

All article content metadata are registered to:
Crossref
An official nonprofit  Registration Agency of the International Digital Object Identifier (DOI) Foundation.

Articles in this journal are indexed by:

Complete index list  »